Selasa, 29 November 2011

KELUARGA SAKINAH

Arti Keluarga Sakinah

Perkawinan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang normal. Perjodohan adalah ikatan yang paling mesra dari segala macam ikatan dan hubungan manusia.

Menurut Undang-undang Perkawinan Pasal 1; perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Disini jelas bahwa perkawinan adalah ikatan dalam ajaran Islam disebut aqad (ijab qabul) antara dua jenis bani Adam yang saling mencintai, hubungan mereka bukan hanya menyangkut jasmaniah tetapi meliputi segala macam keperluan hidup insani. Keakraban yang sempurna, saling membutuhkan dan saling mencintai, serta rela mengabdikan diri satu dengan yang lainnya merupakan bagian dan kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya harus memikul bersama tanggung jawab saling mengisi dan saling tolong-menolong dalam melayarkan bahtera kehidupan rumah tangga.



Apa Yang Harus Dikelola?

Masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga dan keluarga adalah pusat dari semua kegiatan masyarakat. Kehidupan agama, keamanan masyarakat, ketenangan hidup setiap orang tergantung kepada kesejahteraan keluarga dan rumah tangga.

Tidak ada suatu instansi dalam kehidupan ini yang fungsinya melebihi fungsi keluarga dan rumah tangga. Keluarga dan rumah tangga adalah pusat segala-galanya dari setiap orang, baik untuk pendidikan pembinaan watak dan kepribadian, moral dan akhlaq serta rasa social, cinta dan kasih saying.

Dengan demikian jelaslah betapa berat dan suci beban yang akan dipikul dan diemban oleh pasangan suami/istri dan jelaslah pula untuk jenjang perkawinan dan mendirikan rumah tangga bahagia diperlukan persiapan yang matang fisik dan psikis, diperlukan rencana hari depan yang disepakati bersama, diperlukan penilaian kepada apa yang harus diperbaiki dan disempurnakan termasuk rumah yang akan ditempati dan sumber atau pencaharian untuk biaya hidup.

Begitupun tujuan perkawinan dan hakekat keluarga harus jelas dan dihayati. Tujuan harus disepakati, harus ada keharmonisan bersama dalam cita-cita hari depan.

Kebahagiaan tidak mungkin tercapai jika tujuan dan cita-cita hidup mereka bertentangan.

Kebulatan tekad mencapai tujuan harus terjalin dengan indah, harus ada usaha dan aturan main yang sama-sama disenangi, pola dan pembagian tugas yang adil, disiplin dan hubungan kerja yang harmonis. Sewaktu-waktu rencana kerja harus dikontrol, kehidupan keluarga harus dikendalikan, diawasi dan diamati, apakah semua berjalan menurut rencana, apakah tujuan berhasil tanpa rintangan, ataukah ada kesulitan dan aral melintang, atau ketegangan yang harus diredakan atau disiplin dan kewaspadaan yang harus ditingkatkan.

Kemampuan suami sebagai kepala keluarga harus pula selalu mendapat sorotan. Sebagai pemimpin suami harus mempunyai pandangan yang luas, mampu menilai dan melihat titik kelemahan atau sumber kesalahpahaman serta mencari jalan mengatasinya.

Menurut Undanga-undang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 “Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga”. Sebagai kepala keluarga suami harus memiliki wibawa dan menguasai berbagai ilmu, keahlian dan bermacam keterampilan serta kondisi mental yang sehat. Banyak orang kawin asal kawin dan banyak pula suami yang tidak mampu memimpin dan dijadikan teladan dalam keluarganya.

Ada pula kalangan muda yang kadang-kadang berpendapat bahwa modal cinta seolah-olah semuanya beres. Padahal kehidupan dipenuhi oleh seribu satu rahasia yang dapat diemban hanya oleh orang yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemauan serta iman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Khusus untuk suami sebagai kepala keluarga yang memegang pimpinan tertinggi (Top Manager) dalam rumah tangganya diperlukan persyaratan melebihi manajer biasa. Begitupun sang isteri sebagai ibu rumah tangga harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan terutama biologi,fisiologi, psikologi dan lain-lain yang sangat berguna dalam mendampingi suami mengemban tugas kekeluargaan. Pada waktu ini pengetahuan tentang seks, tentang keluarga berencana (termasuk jumlah anak) tidak pelak lagi harus pula dikuasai.

Dan jangan lupa bahwa untuk menjadi kepala keluarga atai ibu rumah tangga yang baik dengan ilmu pengetahuan yang memadai diperlukan persiapan dan latihan yang terarah sehingga mereka dapat menjadi ibu dan ayah yang baik, menjadi tumpuan dan harapan bagi anak-anak dan keturunannya di belakang hari. Untuk ini semua perlu “manajemen keluarga dan rumah tangga”.



Peran Ibu Sebagai Ibu Rumah Tangga



Tidak seorangpun meragukan betapa besar dan penting seorang ibu dalam rumah tangganya. Ibu adalah partner dan teman sekerja seorang suami ibu dan ayah sama-sama memegang peranan, sama mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan penting dalam keluarga dan rumah tangganya. Pasal 3 ayat 1 berbunyi “Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak kedudukan isteri dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”.

Walaupun ayah menjadi kepala keluarga namun yang bergulat mengatasi bermacam-macam kesulitan memegang dan mengelola kestabilan rumah tangga adalah ibu. Predikat “ibu rumah tangga” yang dinugrahkan kepada seorang isteri sungguh tepat yang dalam Islam disebut “Baai’yah atau Mudirah” dan merupakan jalan yang lurus menuju kebahagiaan. Islam menetapkan isteri sebagai pemimpin rumah tangga sebagai mana hadist Rasulullah SAW, yang artinya “Wanita menjadi pemimpin rumah tangga yang dibuatkan suaminya” dan sebuah makalah yang berarti “rumah tangga sebagai suatu kerajaan, Maha Ratu dan Pemimpinnya adalah wanita”.

Bagi seorang ibu yang betul-betul menghayati tugas rumah tangganya akan dapat merasakan betapa berat tugas-tugas kerumahtanggaan tersebut baik fisik maupun mental. Terutama bagi ibu-ibu muda yang berkarya atau disebut wanita karier, sesungguhnya beban di rumah tangga terasa amat melelahkan dan menyita pikiran, tetapi disanalah terdapat banyak keindahan dan kenyamanan.

Dalam hal ini manajemen modern pasti dapat menolong ibu dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, lebih-lebih bila ditunjang dengan dan oleh pengertian, kesadaran dan kesabaran suami.

Beruntunglah seorang wanita jika mendapat suami yang baik dan memahami tugasnya dengan penuh pengertian. Tetapi jika dapat suami yang bersikap egois, mau menang sendiri dan tidak toleran maka beban berat akan bertambah dengan derita yang menyiksa yang tidak akan dapat diatasi walaupun rumah tangga diaturdengan manajemen modern sekalipun.

Oleh sebab itu disamping manajemen maka pengertian suami sangat menentukan bagi sukses tidaknya tugas isteri rumah tangganya.



Kesejahteraan Keluarga



Tujuan dari mengatur rumah tangga dengan manajemen yang baik adalah demi tercapainya apa yang disebut “rumah tangga sejahtera bahagia” atau kesejahteraan keluarga.

Sampai dimanakah sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera?

Keluarga sejahtera ditentukan oleh terpenuhi atau tidak kebutuhan keluarga tersebut. Jika setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun secara minimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang mereka miliki maka orang itu dapat disebut sejahtera.

Adapun kebutuhan pokok manusia adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan vital biologis atau kebutuhan jasmani umpama pakaian, perumahan, pemeliharaan, kesahatan dan sebagainya.

b. Kebutuhan rohani umpama filsafat hidup, agama, moral, dan lain-lain.

c. Kebutuhan social cultural umpama pergaulan, kebudayaan dan sebagainya.

Semua kebutuhan ini saling kait-mengait dan secara minimal harus terpenuhi untuk dan dapat disebut sejahtera.

Selain itu penting pula diketahui bahwa setiap orang memiliki sumber alamiah atau potensi yang ada dalam dirinya sebagai karunia dari Allah SWT kepada setiap orang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup yaitu:

1. Sumber yang ada pada manusia, yaitu tenaga, minat dan kesanggupan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2. Sumber non manusia, yaitu waktu, uang, materi dan fasilitas umum yang dalam sekolah-sekolah kesejahteraan keluarga dikenal dengan sebutan 6 M yaitu: Man, Money, Methode, Material, Machine dan Market.

Semua sumber ini harus ditata dengan baik untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan hidup.

Bagaimana menggunakan atau mengatur potensi dan sumber yang dimiliki untuk mencapai keluarga sejahtera?

1. Menggunakan tenaga dan sumber-sumber lainnya yang ada pada keluarga (manusia).

Tenaga dan kekuatan adalah man power yang ada pada setiap orang. Manusia dikaruniai Tuhan tulang belulang dan kekuatan fisik dan psikis yang cukup untuk kelangsungan hidupnya.

Tenaga untuk mencari rejeki, untuk mengerjakan keperluan rumah tangga, untuk menempuh jarak jauh dan jarak dekat pada manusia primitive. Pada zaman modern umpama bis, kereta api, peralatan elektronika dan sebagainya, yang dapat menambahkan kemampuan menguasai sarana untuk kesejahteraan, walaupun sebenarnya kebutuhan manusia bertambah pula.

Yang penting bagaiman mempergunakan dan mengatur tenaga untuk kesejahteraan, jangan terlalu diboroskan sehingga merusak kesehatan dan jangan pula disimpan (pemalas) padahal keperluan amat banyak. Begitu juga minat dan kemampuan.

Minat harus dipupuk dan disuburkan agar selalu hidup dan menyala apalagi pada anak-anak. Orang tua berkewajiban menumbuhkan minat yang bai untuk hari depan anak-anak.

Minat disebut juga motivasi yaitu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang berbuat atau bertindak. Minat harus diiringi dengan kemampuan melaksanakan, walaupun minat setinggi langit tapi tanpa kemampuan berbuat ia akan menjadi khayalan hampa yang tidak berguna.

Minat dan kemampuan harus pula ditata dengan baik untuk mencapai kesejahteraan. Adapun ilmu pengetahuan tidak ragu lagi merupakan mata air tak habis-habisnya yang dapat dipakai untuk mencapai kesejahteraan.

Dengan ilmu pengetahuan banyak masalah dapat dirampungkan dan banyak problem dapat dipecahkan. Tanpa pengetahuan urusan yang ringan menjadi berat dan yang mudah kadang-kadang menjadi sukar.

2. Mengatur keuangan dan sumber-sumber non manusia.

Uang memegang peranan penting dalam keluarga: tanpa uang banyak maksud yang tidak sampai. Sering terjadi perselisihan masalah perceraian karena masalah uang. Dan ini tidak terjadi hanya pada keluarga yang berpenghasilan rendah tetapi juga pada yang berpenghasilan tinggi.

Itulah sebabnya masalah keuangan harus ditata dengan baik terutama bagi yang berpenghasilan rendah, perencanaan keuangan harus benar-benar dapat dilaksanakan secara teratur.

3. Mencatat uang keluar masuk.

Pertama-tama harus dicata besarnya penerimaan atau uang masuk setiap bulan, kemudian dicatat pula besarnya pengeluaran. Pengeluaran harus dibagi dalam pos-pos penting, kemudian setengah penting, darurat, tidak terduga dan sebagainya.

Sebaiknya disediakan kotak atau pos khusus untuk setiap pengeluaran umpamanya:

Pos pengeluaran untuk keperluan dapur.
Pos pengeluaran untuk keperluan kesehatan.
Pos pengeluaran untuk hal-hal social dan ibadah.
Pos pengeluaran untuk pendidikan anak-anak.
Pos pengeluaran tidak terduga dan sebagainya.

Dalam menuliskan uang keluar masuk perlu dicamkan bahwa uang keluar tidak boleh besar dari pada uang masuk, setidak-tidaknya harus dibuat neraca berimbang supaya tidak terjerumus kedalam dunia hutang apalagi dunia kredit yang akhirnya dapat menjerat seumur hidup. Adapun pngeluaran mungkin saja tidak sama setiap bulan, ada pos berlebihan atau kekurangan atau tidak terpakai sama sekali, maka kecakapan dan kebijaksanaan seorang ibu rumah tangga sangat menentukan menjadikan pengeluaran tetap berimbang.

Perencanaan harus fleksibel sehingga jika terjadi sesuatu pos kelebihan hendaknya dapat dipakai untuk menutup kekurangan atau keperluan lain yang lebih mendesak.

4. Menabung.

Walaupun penghasilan kecil sebaiknya harus dibiasakan hidup berhemat dan sedapat-dapatnya dapat menabung setiap bulan walaupun sedikit.

Menabung sangat perlu untuk menghasilkan hari-hari suram atau untuk keperluan mendadak. Sering keluarga bingung menghadapi kesulitan-kesulitan yang mendesak padahal untuk meminjampun tidak mudah tetapi jika keluarga bias menabung maka uang tabungan dapat dipakai sewaktu-waktu.

5. Menambah penghasilan.

Walaupun sudah ada penghasilan bulanan sebaiknya setiap keluarga berusaha manambah penghasilan sesuai dengan kemampuan. Seumber dan potensi yang ada pada keluarga dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan.

Waktu 24 jam siang dan malam terserah kepada keluarga membaginya untuk kerja pokok, istirahat, kerja sambilan dan sebagainya. Begitu pula keterampilan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk manambah pemasukan. Fasilitas umumpun banyak tersedia untuk menunjang keluarga mengejar kesejahteraan.

Yang penting setiap keluarga harus tertanam sikap yang mantap menghadapi soal keuangan umpama:

Tekad yang kuat untuk memberi kecukupan uang
Menghindari sifat malas dan cepat putus asa
Rencana kerja yang diikuti dengan disiplin
Hemat dan mampu mendahulukan yang lebih penting
Mengumpulkan uang dulu baru balanja
Tidak membiasakan diri dalam cara hidup konsumtif

Dalam masalah keuangan prinsip-prinsip manajemen sudah harus diterapkan dengan baik umpama, bagaimana membuat rencana untuk menambah penghasilan, bagaimana menggerakan anggota keluarga untuk mencapai tujuan yang dalam hal ini adalah kecukupan keuangan atau bagaimana memenuhi kebutuhan yang terbatas dengan daya dan dana yang terbatas, bagaimana mengkontrol pengeluaran supaya tidak melampaui budget yang telah digariskan.

Pokoknya potensi dan sumber yang ada pada keluarga harus diata dan diatur atau direncanakan sebaik-baiknya untuk jangka pendek atau jangka panjang, untuk harian, bulanan atau tahunan. Pengawasan terhadap rencana dan aturan yang dibuat amat perlu untuk mengetahui mana yang berjalan dengan baik, mana yang tidak harus diteruskan dan mana yang harus diperbaiki, direvisi dan disempurnakan.

Kemudian penilaianpun penting pula artinya menilai apa yang sudah dikerjakan apa semua sudah sesuai dengan rencana atau ada yang masih ketinggalan.

Setiap keluarga ingin hidup bahagia sejahtera tetapi untuk mencapainya amat bergantung pada kebijaksanaan dan mempergunakan sumber-sumber dan fasilitas yang ada disekelilingnya.

6. Cara pendekatan

a. Pertama-tama diberikan arti dan kepentingan manajemen untuk mengatur kehidupan rumah tangga, bahwa manajemen yang tadinya pemakaian terbatas dalam memimpin dan mengurus perusahaan dan industri tetapi sekarang telah menjangkau ruang lingkup yang demikian luas termasuk bidang keluarga dan rumah tangga.

b. Perlu dijelaskan adanya pengaruh positif dari mengatur rumah tangga dengan manajemen modern demi tercapainya kehidupan yang sakinah sejahtera dan bahagia dalam keluarga.

c. usaha memberikan contoh kalau perlu dengan table bagaimana mengatur keuangan, mengatur pembagian kerja, menggunakan waktu untuk keahlian untuk pembinaan kesejahteraan keluarga dan kedamaian rumah tangga.

d. Anjuran kepada masyarakat supaya mempelajari ilmu manajemen walaupun dasar-dasarnya saja demi kemampuan diri untuk memimpin dan mengatur pembagian kerja, mempergunakan waktu dan keahlian untuk membina kesejahteraan keluarga dan kedamaian rumah tangga.

e. Selanjutnya perlu ditekankan bahwa rumah tangga dan penghasilan yang kecil sekalipun jika ditata dengan baik pasti hasilnya lebih memuaskan dari pada penghasilan besar tetapi tidak diatur dan ditata rapi, sehingga kadang-kadang pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan.

f. Penting pula memberi pengertian kepada suami dan isteri bahwa dalam memimpin dan mengatur rumah tangga diperlukan rasa dan karsa atau seni dan kecerdasan untuk merasakan dan melihat letak kalemahan atau ketidakseimbangan, kemudian kemampuan mencari jalan untuk mengatasi atau memperbaiki, atau merevisi sector yang lemah dan sebagainya.(nia)
DISADUR : H, ENDIK PRASETYA

Tidak ada komentar: